Apa yang terbayangkan dari kata “Bermegah-megahan’? rumah mewah? Punya barang branded? Atau banyak follower?
Hmm
ternyata tidak sepenuhnya itu...
At
takatsur: Bermegah-megahan
ﺃَﻟْﻬﺎﻛُﻢُ ﺍﻟﺘَّﻜﺎﺛُﺮُ
“Bermegah-megahan
telah melalaikan kamu”. bermegah-megahan seperti apakah sampai membuat kita
lalai?
At
takatsur, sesuatu yang membuat kita sangat ingin memilikinya namun tujuan
utamanya bukan untuk mengambil manfaat atau memenuhi kebutuhan, melainkan
untuk dipamerkan dan dibanggakan. Dijadikan sarana menyombongkan diri.
Menghapal Al Quran misalnya, baik, kan? Makin banyak hafalannya makin baik.
Tapi kalau hal itu justru diniatkan untuk pamer atau membuat orang tersebut
menjadi sombong, at takatsur juga namanya.. #astaghfirullah
at takatsur,
membuat kita terobsesi dan ambisius untuk mendapatkannya.
mengusahakannya dan menghalalkan segenap cara. Bahkan tak peduli jika itu
berakibat mendzalimi diri sendiri maupun orang lain.
At
takasur, membuat kita tak merasa cukup. Meskipun yang dimiliki
sebenarnya masih mencukupi tapi selalu saja ada keinginan untuk mendapatkannya
lagi dan lagi.
Kembali
pada makna “alhaa“, ia adalah sesuatu yang membuat kita terdistraksi dari
apapun yang sebenarnya lebih penting dan baik untuk dikerjakan.
Sesuatu
yang membuat kita sibuk seperti strata amal (makruh, mubah, atau yang sunnah).
Ga hanya cukup baik dan mencari apa yang lebih baik, yang lebih penting dan
lebih diprioritaskan. Ah betapa sering terdistraksi dari hal yang mubah
bahkan makruh, melalaikan yang sunnah. Jadi keinget nasihat murrabi “jangan
ditinggalkan hanya karena hukumnya sunnah, karena para sahabat dulu
berlomba-lomba mengerjakannya karena tau keutamaannya”. wow betapa
seringnya salah kaprah.
Atau
dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar manusia dibuat lalai kerena
mengurus harta dan membanggakan anak. Padahal ada hal yang lebih penting yang
harusnya menjadi fokus kita yaitu bersyukur pada nikmat yang telah diberikan
kepada kita dan bersyukur pada Pemberi Nikmat.
“Hai
orang-orang yang beriman! Janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikanmu
dari mengingat kepada Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka
termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Al-Munaafiquun: 9)
Naudzubillah
jan gan sampai kita termasuk orang yang
merugi. Lalu bagaimana kita mengetahui bahwa kita termasuk orang yang beriman,
apa buktinya?
Tanda
orang yang beriman
1.
Memandang
Allah di segala sesuatu, orang yang yakin terhadap Allah dia akan melihat Allah
di setiap makhlukNya atau peristiwa di sekeliling kita
2.
Kembali
kepada Allah dalam segala sesuatu
3.
Al istianah
billah, minta tolong hanya kepada Allah saja.
Ayat
pertama: menggunakan past tense yang berarti sesuatu yang sudah terjadi yang
telah melalaikan kamu. Ya pasti kita pernah mengalaminya. Jadi ayat ini
memperingatkan kita untuk berhati-hati dan melakukan intropeksi terhadap “ at
takatsur”
حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ
Sampai
kapan kita sadar telah terpedaya “at-takatsur” sampai kamu masuk ke
dalam kubur. Jadi tak ada yang bisa lepas dari hal yang melalaikan dan
selamanya kita akan hadapi sampai kita masuk ke dalam kubur. Baru lah saat di
kuburan menyadari bahwa harta dan anak-anak adalah salah satu penyesalan.
Jadi,
bagaimana biar hidup kita ga lalai? Banyak-banyaklah mengingat kematian.
كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ثُمَّ كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ
“Sekali-kali
tidak kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), kemudian sekali-kali
tidak! Kelak kamu akan mengetahui”
Sayfa
ta’lamun bermakna sangat cepat, pretty soon kamu akan melihatnya. Pengulangan
ayat ini menunjukkan penguatan adanya peringatan ancaman setelah ancaman.
كَلا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ
“Sekali-kali
tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin”
Ibnu
Katsir berkata, “Kalau seandainya kamu mengetahui dengan sebenar-benar
pengetahuan niscaya bermegah-megah tidak akan melalaikan kamu dari mencari
akhirat sampai kalian ziarah ke kubur (mati).”
لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا
عَيْنَ الْيَقِينِ
‘ainul yaqin’ kamu melihatnya dengan pasti,
dengan mata kepala mereka
Ainul
yaqin dalam al quran is used for maut. U can disbelieve a paradise, hell, or
something but everyone could believe in death
3
tingkatan ilmu:
1.
Ilmu yakin,
karena ilmu kita akan menyakini sesuatu
2.
Ainul yakin,
kemudian diperkuat dengan penglihatan
3.
Haqqul yaqin
yaitu dengan merasakan secara langsung
Kalian
akan tau bahwa kesibukan di dunia adalah merugikan dan sesuatu yg fana saat
kita berada di
1.
Naza, ketika
napas sudah sampai di tenggorokan
2.
Di kubur,
3.
Di padang
mashyar
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ
النَّعِيمِ
“kemudian
kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu
megah-megahkan di dunia itu).”
Kemudian
kalian betul-betul akan ditanya pada hari itu tentang syukur kalian terhadap
nikmat yang telah Allah berikan dari kesehatan, rasa aman, rizki dan lainnya.
Apakah digunakan untuk menunaikan hak Allah atau menggunakannya untuk maksiat?
Semuanya itu akan ditanyakan pada hari kiamat.
Referensi
Tafsir juz
Amma: QS At Takatsur by Ust Nouman Ali Khan
Tafsir At
takatsur by ustzah Maya