Minggu, 01 November 2020

Refleksi diri #2

 


Kenapa ini Terjadi

Sedih, kecewa, gundah begitu perasaan kita saat musibah datang. Kenapa ini menimpaku? Kenapa ga orang lain aja? Begitu kata kita saat musibah itu datang.

Sebelum itu, mari kita pahami musibah itu apa sih?

Jika kita lihat musibah dalam bahasa arab berasal dari kata asaba artinya mengenai tepat sasaran. Jadi musibah adalah sesuatu yang memang Allah inginkan terjadi pada kita yang sudah ditakdirkan siapa, kapan dan dimana terjadinya. Misalnya sulit dapat pekerjaan, sulit masalah finansial, studi yang tidak kelar-kelar, atau kesulitan lainnya dalam hidup masing-masing.

Namun, ada yang perlu kita perhatikan bagaimana Allah bisa menimpakan musibah buruk kepada kita.

Ustadz nouman menjelaskan dalam perspektif dunia fisik, penyebab musibah dapat diketahui dengan mudah.

Seseorang mengendarai mobil dengan kecepatan penuh, kemudian dia mengalami kecelakaan. Apakah ini terjadi karena kesalahan Allah?

Telat bangun pagi, lalu salah ambil jalan dan terkena macet, yang mengakibatkan dia telat sampai kantor. Apakah ini datangnya dari Allah?

Waktu usia muda sering konsumsi makanan dengan gula tinggi dan siap saji, kemudian dia terkena diabetes dan kolesterol, pantaskah kita menyalahkan takdir Allah?

Sama sekali tidak pantas!

Kita sering mengira bahwa segala buruk yang terjadi adalah musibah dan menyalahkan takdir Allah. Musibah yang seperti diatas terjadi atas kelalaian kita dan ketidakmampuan untuk mengontrol tubuh kita, Maka sekali lagi kita tidak bisa menyalahkan Allah.

Sedangkan dalam perspektif dunia moral, sebab akibat berada pada mungkin atau tidak tidak mungkin. Misalnya ketika tidak diterima sekolah padahal sudah berusaha maksimal, atau seseorang menabrak kamu tanpa sengaja, atau kamu dapat penyakit genetik padahal sudah menerapkan habit yang baik. Dalam kasus seperti ini musibah bisa terjadi karena kita sedang diuji Allah atau ada hal lai yang kita tidak tau.

Ketika mendapat musibah kita pasti berusaha keras untuk mengatasinya, lalu ketika kita sudah dapat keluar dari masalah itu tentunya kita sangat bahagia, bukan? Menurut kita berhasil keluar dari masalah adalah pencapaian. Namun disisi lain sebenarnya tujuan utama Allah menguji kita adalah melatih kesabaran.

Wabassyiri sshobirin: dan berilah kabar bahagia bagi orang yang bersabar (Al-Baqarah: 155)

Musibah memang buruk, namun kita bisa memaknai setiap musibah itu dengan tindakan positif. Tidak mungkin Allahu rahmanirrahim berlaku buruk kepada makhluk-makhlukNya. Allah mencintai hambanya dan memberikan musibah supaya kita bisa menjadi makhluk yang lebih baik lagi.

Baik itu musibah yang datang karena kelalaian kita atau karena hal yang tak bisa dikontrol, semuanya itu pasti ada tujuannya.  Baik yang bisa langsung kita maknai atau baru baru kita bisa maknai di masa yang akan datang. Yang terpenting adalah selalu berprasangka baik kepada Allah. Semua cobaan itu membuat kita menjadi manusia yang lebih baik, lebih kuat, lebih bertanggung jawab.

Yaitu orang-orang yang apabila ditimba musibah, mereka berkata “Innalillahi wa inna ilaihi rajiun” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya lah kami kembali (Al-baqarah: 156).

Allah mengatakan qoluu katakanlah, Allah tidak mengatakan kemudian katakanlah

Ayat ini mengajarkan ketika musibah datang:

1.    Latih lidah kita dan hati kita untuk mengucapkan innalillahi wa innailaihi rajiun, just comes out innalillahi wa inna ilaihi rajiun don’t delay it.

2.    Jangan mengatakan ke orang lain bahwa musibah yang datang kepadanya adalah karena Allah. If you want to say to other people think your self first. Terlepas musibah yang datang terhadap mereka termasuk cobaan atau hukuman atau ujian, kita tidak pantas untuk menghakimi dia dan memikirkan kenapa Allah melakukan ini. Because you know,  we don’t have those license. Tugas kita hanyalah bersabar ketika terkena musibah dan berusaha menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Percayalah apapun masalahnya yang kita miliki sekarang itu tidaklah permanen (masalah kesahatan, masalah emosional, atau masalah fisik), karena kita emang tidak permanen. Things are put in perpecpective. Kalau kita berpikir masalah yang kita hadapi itu tanpa akhir. Kita salah. Yang tanpa akhir adalah pahala bagi kita yang diuji. Karena respon ujian itu dengan kesabaran. Dan Allah memberikan pahala yang tak terbatas bagi orang yang bersabar.

 

0 komentar:

Posting Komentar