2023 menjadi awal untuk menyukai hobi
yang lama telah terkubur yaitu membaca buku. Karena aku merasa di tahun ini
lebih banyak punya waktu luang untuk me time, yang biasanya hari kerjaku sampai
6 hari ini sekarang menjadi 5 hari. Alhamdulillah
Selain itu aku dipertemukan dengan orang-orang
dengan hobi sama yang membangkitkan semangatku untuk membaca, mau ga mau aku kudu update juga.
Sepertinya semesta menggerakkanku untuk membaca lagi. Ini dia review beberapa
buku yang kubaca di tahun 2023. Maaf kalau telat buat review ini tapi aku harap
masih bermanfaat
1. Psychology
of Money
Cover Buku Psychology of Money
Buku yang sangat populer di kalangan pecinta buku dan sering
direview oleh beberapa influencer seperti Felexandro Ruby, Maudy Ayunda dan
Raymond Chin. Buku ini berisi tentang gimana harusnya berhubungan dengan uang.
Mulai bahas dari perilaku, pola pikir, investasi sampai cara pengambilan keputusan
yang tepat tentang uang
Penulis memberikan contoh disetiap kasus sehingga kita lebih mudah
untuk memahami materi seperti kebiasaan buruk yang sering kita lakukan. Misalnya
mengabaikan risiko, enggan menabung atau bahkan ngikutin tren investasi yang
gak sesuai dengan tujuan kita. Tapi tenang saja penulis juga memberikan tips
supaya hubungan kita dengan uang sehat. Beberapa poin yang aku highlight dari
buku ini:
a. Keberhasilan
finansial tidak ditentukan oleh seberapa banyak pengetahuan dan keterampilan
yang kita miliki, tetapi juga tentang kesabaran, ketekunan, dan sikap yang
benar terhadap uang.
b. Uang
tidak bisa membeli kebahagiaan, tapi dengan uang kita bisa punya kendali atas
waktu seperti memberikan kebebasan dan fleksibilitas. Sehingga ketika punya
uang seharusnya kita tidak mengabaikan waktu dengan keluarga atau hal penting
lainnya. Mengelola uang dengan bijak dapat membantu kita mencapai tujuan
hidup yang sebenarnya
Mengerjakan apa yang kamu sukai dan kamu cintai tapi kamu tidak punya kendali atas waktumu = mengerjakan sesuatu yang kamu benci
c. Ada tiga
jenis kekayaan: kekayaan material, sosial, dan pribadi. Menemukan keseimbangan
antara ketiganya dapat membantu kita mencapai kebahagiaan dan keberhasilan yang
seimbang dalam hidup.
Buku ini sangat informatif terdapat lebih banyak pelajaran tentang
psikologi uang yang mengajarkan kita pentingnya arti dari kepuasan dan tau rasa
cukup.
2. Kite
Runner
![]() |
Cover Buku The Kite Runner |
Membaca buku ini seolah olah dejavu sama kondisi Palestina sekarang,
mustahil untuk tidak menangis. Tentang persahabatan, kekeluargaan, peperangan
dan kondisi anak pengungsian. Banyak hal yang bisa didapatkan dari buku seperti
nasihat orang tua ke anaknya dan pesan moral di setiap alur ceritanya.
Line paling terkenal dari novel ini "untukmu keseribu
kalinya" yang menceritakan kesetiaan seorang teman Hassan terhadap
Amir. Amir merupakan anak kaya dari keluarga terpandang sedangkan Hassan
hanyalah anak dari seorang pembantu dan berasal dari suku Hazara (suku dengan
strata rendah). Mereka dekat dari kecil dan sama-sama tumbuh tanpa kasih sayang
ibu. Meskipun terdapat perbedaan status dan suku, mereka bahagia dengan
kehadiran satu sama lain.
Konflik dalam hubungan Amir dan Hassan muncul ketika Amir merasa
cemburu karena ayahnya terlihat lebih menyukai dan perhatian ke Hassan. Selain
itu, sebuah tragedi memilukan menimpa Hassan, tetapi Amir memilih tutup mulut
mengenai hal itu. Lebih parahnya, Amir juga menuduh Hassan mencuri yang
akhirnya membuat Hassan terpaksa angkat kaki dari rumah mereka. Padahal selama
hidupnya Hassan senantiasa mengabdi kepada keluarga Ammir. Tidak lama setelah
kejadian itu terdapat peristiwa bersejarah seperti jatuhnya sistem monarki dan
invasi Uni Soviet serta munculnya Taliban di Afganistan yang membuat keadaan
semakin sulit bagi Amir untuk bertemu Hassan.
Buku ini penuh dengan tangisan air mata karena pembaca dibuat
melihat sudut pandang korban konflik perang, bagaimana seseorang berusaha untuk
menjauhi wilayak konflik, bertahan hidup dan trauma yang terus menghantui.
Namun perlu digaris bawahi buku ini menceritakan kekerasan sehingga tidak bisa dibaca
untuk semua kalangan umur
3. Midnight
Library
![]() |
Cover Buku The Midnight Library |
Novel ini diketahui sebagai buku rekomendasi oleh Namjoon BTS
(penyuka oppa Koriya pasti tau lah ya~), menceritakan seseorang wanita bernama
Nora Seed yang mengalami depresi dan penuh penyesalan. Suatu saat dia
berpikiran untuk mengakhiri hidupnya eh tapi malah dia kebawa ke suatu
perpustakaan malam dari alam yang berbeda.
Perjalanan dimulai ketika Nora bertemu dengan perpustakawan Mrs.
Elm yang menyadarkan dia dan menawarkan dia sebuah perjalanan untuk hidup di
masa lampau yang dia inginkan.
Pas awal membaca novel ini aku merasa agak stress karena secara
tidak langsung masuk ke pikiran Nora yang berkeinginan untuk Bundir. Namun itu
hanya sekilas, karena setelahnya alur novelnya benar benar ringan, manusiawi
banget dan relate dengan kehidupan kita. Terutama perihal drama penyesalan.
Banyak penyesalan di hidup ini apalagi melihat kenyataan tidak
sesuai dengan harapan. Entah itu mengenai pilihan hidup, mimpi, atau
keputusan-keputusan besar atau kecil yang berujung pada penyesalan
Kita mungkin mengira kalau seandainya dulu aku melakukan itu pasti
akan lebih baik, namun nyatanya? ga juga. Karena yang menurut kita baik belum
tentu akhirnya yang terbaik. This novel hits me so hard, menyadari bahwa yang
terbaik dan terpenting dalam hidup adalah menjalani masa kini dan berdamai
dengan masa lalu. Mungkin kehidupan-kehidupan yang paling kelihatan sempurna
atau yang paling layak dijalani pun akhirnya akan terasa sama. Selalu ada hal
baik dan buruk berdatangan
4. When The
Breath Becomes Air
![]() |
Cover Buku When Breath Becomes Air |
Buku ini ditulis oleh Paul Kalanithi, seorang dokter bedah syaraf
Amerika yang divonis menderita kanker stadium IV. Tujuan Paul Kalanithi menulis
karena ingin menjadi orang yang bermanfaat sebelum kematiannya. Dia membagikan
pengalamannya sebagai dokter, disisi lain juga pengalamanya sebagai seorang pasien
pengidap kanker.
Kesan pertama saat membaca, saya mendapati buku ini masih jauh dari
ekpektasi saya. Karena banyak istilah kedokteran yang orang awam tidak tau dan
awal cerita yang agak membosankan. Padahal penulis menempuh jurusan sastra sebelum
mengambil jurusan kedokteran yang seharusnya cerita dibingkai lebih menarik.
Namun setelah saya membaca secara keseluruhan saya menyesal karena terus
menggerutu tentang buku ini. Padahal kalau dibaca kelanjutannya buku ini
menjadi sangat emosional. Apalagi melihat kenyataan bahwa penulis mengalami
keterbatasan fisik dan kemampuan konsentrasinya menurun akibat penyakit kanker
yang terus tumbuh di badannya. Tapi penulis berjuang melanjutkan buku sampai masa
terakhir hidupnya. (kaum rebahan minggir dulu~)
Penulis mempelajari sastra karena sejak muda sudah terobsesi dengan
beberapa sastrawan seperti Georgr Orwell, Albert Camus dan beberapa tokoh lain.
Namun penulis tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan besar dalam dirinya “what makes human life
meaningful”. Paul mencoba mencari-cari jawaban hingga akhirnya Paul
mempelajari ilmu kedokteran khususnya bidang syaraf. Sungguh menarik ketika dua
ilmu pengetahuan yang berbeda bisa menuntun untuk menemukan arti kehidupan pada hubungan
antar manusia.
Buku ini menarik untuk dibaca banyak pelajaran hidup yang
diceritakan oleh Paul. Perjuangan Paul dari transisi kehidupan dokter yang disegani dengan karir yang sangat
bagus namun berubah menjadi pasien yang memiliki pengobataan yang terbatas. Buku ini mengajarkan kepada saya
agar menghargai hidup yang sudah diberikan Tuhan kepada kita.