Sabtu, 17 Oktober 2020

Refleksi diri #1

 


Pernah tidak merasa minder dengan diri sendiri melihat orang lain sudah melangkah jauh tapi diri ini belum.

Atau mengerjakan sesuatu tapi hasilnya belum seperti yang diharapkan padahal usaha sudah pol polan.

Atau berharap sesuatu tapi ujungnya malah mengecewakan.

Tak mengapa

Allah itu maha lembut kok, Allah tidak menilai sesuatu dari hasil melainkan usaha. Tidak ada seorangpun yang dapat menilai usaha kita. Kalian tidak bisa menilai usahaku dan aku tidak bisa menilai usaha kalian. Hanya Allah yang berhak menilai.

وَأَنَّ سَعْيَهُۥ سَوْفَ يُرَىٰ

Sesungguhnya usahanya itu kelak akan dilihat (Surat An-Najm: 40)

Namun, kesalahan yang sering terjadi adalah kita membandingkan hasil diri sendiri dengan orang lain. Padahal Allah tidak pernah menghakimi atas keterlambatan kita mengejar kebaikan. Tugas kita adalah membandingkan kita hari ini dengan kemarin. Bagaimana kita berusaha menjadi lebih baik.

So we can say to ourselves that “we doing better than we did yesterday”

Kita tidak dituntut itu menjadi yang terbaik tapi jadilah seseorang yang lebih baik dari sebelumnya tanpa merasa diri ini sudah menjadi terbaik. Jadi mengapa kita menakutkan sesuatu yang bahkan tidak dipedulikanNya.

Tidak mengapa hasil karyamu tidak sebagus mereka, tidak mengapa bila kamu baru hafal juz 30 sedangkan temanmu sudah hafal 30 juz, tidak mengapa bila kamu masih jadi pendengar meskipun temenmu sudah jadi pembicara. Toh bunda Khadijah istri rasulullah SAW meninggal saat islam belum jaya, tapi beliau dinantikan penghuni surga.  Atau bahkan ada nabi yang tidak ada pengikutnya sekalipun tapi Allah tetap memuliakannya.

Tak mengapa tetap lanjutkan yang terbaik yang kamu bisa. Make your day better every single day.

Belajar dan belajar Adalah tugas kita selama di dunia., The most important our life is the quality of life we are living, The quality of the day we had, and how did we spend our time.

Continue reading Refleksi diri #1

AL MAUN, Para Pendusta Agama

 


Masih ingatkah kita tanda-tanda orang munafik?

Mereka adalah orang yang berdusta ketika berbicara, berkhianat ketika dipercaya dan tak menepati janji. Tapi tak hanya itu, sifat orang munafik akan dibahas lebih lanjut dalam surat Al-maun.

Tafsir Al-Maun

Al Maun merupakan surat makiyah dengan urutan ke 107 dalam Al-Qur’an. Sebagian ulama berpendapat surat ini Madaniyah karena di dalamnya ada ayat tentang orang munafik yang ada di Madinah.

Secara singkat surat Al Maun merupakan surat yang mencakup manhaj dalam kehidupan karena membahas habluminallah (bagaimana kita berhubungan dengan Allah) dan habluminannas (bagaimana berhubungan dengan sesama).

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Ayat 1:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّين  Apakah kamu melihat orang yang mendustakan agama?,

Makna ad-din bisa diartikan sebagai agama atau hari pembalasan atau hari perhitungan. Siapakah yang mendustakan hari pembalasan?

Allah sedang menarik perhatian kita dengan kalimat “apakah kamu melihat”. Seolah-olah mengajak komunikasi dua arah. Siapa sih yang mendustakan agama?

Mungkin secara gamblang kita menganggap kalau orang yang mendustakan agama adalah orang kafir. Tapi sebetulnya orang yang mendustakan agama yang Allah sebut dalam surat Al maun ditujukan untuk orang yang mengaku muslim tetapi sebenarnya hati mereka mengingkarinya.

Ayat 2:

فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ

Maka itulah orang yang menghardik anak yatim,

Anak yatim digunakan untuk anak yang ditinggal ayahnya sebelum dia baligh.

Mereka yang mendustakan agama dan mendustakan hari pembalasan adalah mereka yang berlaku sewenang-wenang terhadap anak yatim. Padahal rasulullah menjanjikan barangsiapa yang menanggung beban anak yatim, mereka akan dekat dengan rasulullah di surga layaknya jari tengah dan jari telunjuk.

Ayat 3:

وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ

Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin

Orang mukmin itu memberikan apa yang ia cintai, bahkan para sahabat lebih mendahulukan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Sedangkan orang yang mendustakan agama mereka enggan memberikan makan orang miskin.

Ayat 4:

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ

Maka celakalah orang yang shalat,

Allah mengecam orang-orang yang sholat, yaitu ketika sholat tidak bisa membawa perubahan kebaikan ke dirinya.

Ayat 5

الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

(yaitu) orang-orang yang lalai terhadap sholatnya

Ibnu Katsir menyebutkan orang yang lalai terhadap sholatnya sebagai berikut:

-                   Tidak mengerjakan sholat

-                   Tidak sholat di awal waktu

-                   Tidak sempurna rukun dan syaratnya

-                   Tidak khusyu’ (tidak hadir hatinya)

Mereka lalai saat sholat, padahal sholat adalah waktu untuk mengingat Allah. Bagaimana mungkin seseorang mengingat Allah lagi di luar sholat, apabila waktu sholat saja mereka tidak mengingatNya.

Ayat 6

الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ

Yang berbuat riya

Yaitu beribadah karena ingin dilihat oleh orang lain.

Ayat 7

وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ

Dan enggan (memberikan bantuan dengan) barang berguna.

Al Ma’un artinya sesuatu yang kecil yang dibutuhkan orang. Mereka enggan meminjamkan sesuatu barang yang bisa dimanfaatkan orang lain. Apalagi memberikannya seperti gelas, piring, mangkok atau yang lain

Penutup

Surah ini memang sangat tepat dan pas jika ditujukan kepada orang-orang munafik. Seperti yang telah disebutkan apada ayat sebelumnya, pada diri mereka terkumpul tiga sifat buruk, yakni meninggalkan salat, bersifat riya dan kikir terhadap harta. Sifat-sifat tersebut sangat jauh dengan karakter seorang muslim sejati yang seharusnya.

Lalu seperti apa harusnya seorang mukmin itu?

Allah mengumpamakan keimanan orang mukmin seperti sebuah pohon yang baik yang memberikan buah serta naungan bagi orang di sekitarnya tak kenal waktu. (lihat Surat Ibrahim 24-25). Oleh karena itu buah dari keimanan seorang mukmin adalah dapat memberikan kebermanfaatan untuk orang lain. Jangan sampai hubungan sama Allah baik tapi melakukan hal-hal yang buruk terhadap orang lain.

Continue reading AL MAUN, Para Pendusta Agama

Kamis, 01 Oktober 2020

REDEFINE HAPPINESS

 


Kebahagiaan adalah hal yang mudah didapatkan. Mengapa?

Ketemu temen, bahagia. Ketemu keluarga, bahagia. Makan makanan favorit, bahagia.

Namun makin ke sini, bukankah lebih berat memaknai kebahagiaan? Iya, tapi sebenarnya tidak terlalu butuh usaha untuk bahagia. Butuh sedikit usaha untuk gaul. Butuh banyak usaha untuk populer. Butuh lebih banyak usaha untuk gengsi atau dianggap penting. Dan “sangat” butuh usaha untuk?

Untuk dapat uang hahaha.

Mari redefine makna kebahagiaan agar kehidupan ini menjadi berkah.

Kuncinya adalah Syukur, Sadar dan Cukup

Nouman Ali Khan menyatakan Bersyukur juga merupakan suatu sikap, gaya hidup dan cara berfikir. Sehingga kita dapat terus bersyukur. Jika kita menunjukkan rasa syukur itu walau hanya sedikit saja, Allah berkata bahwa ‘Aku akan menambah (nikmat) kepadamu’ . Allah biasanya menyebut “Kami” dibanding “Aku” dalam Al-quran. Namun dalam ayat ini   menggunakan kata “Aku”. Hanya pada permasalahan yang amat besar Allah menggunakan kata “Aku”. Oleh karena itu bersyukur menjadi hal yang wajib dilakukan oleh seorang muslim agar Allah akan menambah kenikmatan itu.

Kemudian bagaimana menjalani hidup secara berkesadaran atau yang lebih dikenal dengan Concious Living. Kita menjalani segala sesuatu karena ada alasannya, sadar akan tujuan sadar akan dampaknya.  Berani bertanya ke diri sendiri. Apakah yang saya lakukan ini akan memberikan manfaat? Atau justru merugikan?

Hidup berkesadaran mengajarkan kita untuk mengerti kata cukup dari kebutuhan kita dan peduli dengan lingkungan sekitarnya. Cukup untuk memenuhi kebutuhan atau memuaskan keinginan, tidak kurang. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi, rasa kebahagiaan itu akan muncul. Apabila kebutuhan dasar sudah terpenuhi, tapi masih ada keinginan lainnya. Percayalah diatas langit masih ada langit, selalu ada yang hal yang kita inginkan misal barang yang lebih indah atau lebih mahal. Untuk itu bersyukur dan fokuslah pada yang sudah ada, bukan pada apa yang tidak ada. Mulai dari hal kecil untuk mengerti arti syukur dan cukup dari kebutuhanmu. 

Hidup berkesadaran terdiri dari Hidup sehat, frugal, minim sampah, dan Minimalis. Empat komponen ini semuanya harus berkesinambungan sehingga bersifat berkelanjutan. 

1.    Hidup sehat

Mulai dari makanan, kira-kira makanan yang seperti apasih yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Jangan hanya makan lebih banyak sayuran karena orang lain menyuruh kamu, lakukan riset dan cari tahu mengapa kamu harus makan sayuran. Apa saja fungsi vitamin dan mineral yang ada di setiap sayuran?. Sehingga makanan yang masuk ke dalam perut adalah yang dibutuhkan dan bermanfaat bagi tubuh kita.

2.    Minim Sampah

Hidup berkesadaran membuat orang lebih bertanggungjawab atas tindakannya. Kamu sadar dampak yang akan timbul ke  lingkungan akibat perbuatanmu. Sebelum membeli atau menggunakan suatu barang pikirkan dulu pilihanmu, hindari produk sekali pakai, kurangi konsumsi. Setelah itu, gunakan kembali barang kita dengan memperbaiki atau mendaur ulang dan membuang barang menjadi alasan terakhir ketika barang sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi. Misalnya daripada menggunakan kantong plastik setiap kali belanja, lebih baik membawa totebag yang bisa dipakai berkali-kali. Dari kebiasaan itulah kita turut membantu untuk mengurangi sampah yang ada di lingkungan kita dan tidak mencemari lingkungan.

3.    Frugal atau hemat

Saya membeli pakaian ini karena memang butuh

Saya memilih printer dengan alat scanner jadi saya tidak membutuhkan dua alat terpisah

Saya lebih memilih sepatu warna netral yang cocok dipadankan dengan pakaian apapun daripada membeli sepatu yang berwarna yang hanya bisa dipadankan dengan baju tertentu

Dari pemikiran itu kita belajar kebutuhan diri sendiri, mana hal yang bermanfaat bagi kita atau tidak. Atau jangan-jangan barang yang kita miliki selama ini sebenarnya cuma mengikuti tren saja sampai ruangan kamar atau lemari tau tau penuh. Padahal semakin banyak barang yang kita miliki semakin banyak pula energi dan waktu yang harus dihabiskan untuk merawatnya. Daripada koleksi barang alangkah lebih baiknya menggunakan uang itu untuk kebutuhan yang lain atau digunakan untuk membantu orang lain. Hidup dalam kesederhanaan akan membantu mengingatkan manusia kepada kehambaan, kepada jati diri manusia terutama akhirat.

4.    Minimalis

Di Barat gaya hidup sederhana atau lebih dikenal dengan minimalis digunakan untuk kampanye peduli lingkungan, tapi sebenarnya konsep minimalis itu sudah diajarkan dalam islam loh.

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan (Al- A’raf:31).

Minimalis tidak sama dengan punya baju warna hitam putih saja atau punya satu sepatu saja. Tidak!. Tetapi Minimalis adalah hidup penuh rasa syukur, hidup sesuai dengan kebutuhan, tidak berlebihan dan sadar akan dampaknya.

Kita harus berhenti sejenak dan memikirkan segala sesuatu dengan garis besar kontekstual. Membayangkan apakah barang itu memberikan pengaruh ke kita atau tidak. Kita mungkin menerapkan minimalis atas motivasi menghemat ruang, namun sebenarnya diniatkan untuk mencontoh gaya hidup Rasulullah agar hidup semakin berkah dan disisi lain tujuannya untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan lingkungan.

Setiap produk yang kita beli melibatkan 3 tahap penting dalam siklus hidupnya yaitu produksi, distribusi dan pembuangan. Setiap siklusnya menggunakan sumberdaya alam dan energi sehingga efek sampingnya memberikan pengaruh buruk ke lingkungan.

Climate change, TPA penuh, Pandemi, Deforestrasi, Kepunahan. Berapa banyak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh manusia akibat kerakusannya? Padahal Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi. Namun khalifah seperti apakah kita?








Mengutip kata Sri Chinmoy: “Do you want to change the world? Then change yourself first.

We are all part of the solution.

Ketika kita tidak egois dan memedulikan lingkungan sekitarnya itulah kepuasaan dan kebahagiaan yang sebenarnya.

Continue reading REDEFINE HAPPINESS